Biografi Habib Ali Al-Habsyi: Penulis Maulid Simtudduror
Guys, pernah dengar tentang Maulid Simtudduror? Kalo loe suka sama bacaan-bacaan shalawat dan pujian buat Rasulullah SAW, pasti udah nggak asing lagi kan sama kitab ini. Nah, dibalik keindahan dan kedalaman makna Maulid Simtudduror, ada sosok ulama besar yang patut kita kenal lebih jauh, yaitu Habib Ali Al-Habsyi bin Muhammad Al-Habsyi. Yuk, kita kupas tuntas biografi beliau yang inspiratif ini!
Awal Kehidupan dan Nasab yang Mulia
Habib Ali Al-Habsyi lahir di Siber, Yaman, pada hari Senin, 18 Dzulqa'dah 1259 H (sekitar tahun 1844 M). Beliau berasal dari keluarga yang sangat terpandang dan memiliki nasab yang bersambung langsung ke Rasulullah SAW. Kakek buyut beliau adalah seorang ulama besar yang terkenal dengan kezuhudannya, yaitu Al-Habib Al-Imam Al-Qutb Abdullah Al-Haddad, yang mana nama beliau seringkali dikaitkan dengan kitab Nashaihul Ibad. Keren banget, kan? Lingkungan keluarga yang religius dan penuh ilmu ini tentu saja membentuk pribadi Habib Ali sejak kecil menjadi pribadi yang saleh dan haus akan ilmu pengetahuan. Beliau tumbuh besar di bawah bimbingan orang tua dan para ulama di sekitarnya, yang senantiasa menanamkan nilai-nilai agama dan akhlak mulia. Sejak dini, Habib Ali sudah menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang luar biasa. Beliau menghafal Al-Qur'an di usia yang sangat muda dan mulai mempelajari berbagai cabang ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, hadits, dan tasawuf. Nasab yang mulia ini bukan hanya sekadar garis keturunan, melainkan sebuah amanah yang harus dijaga dan diemban dengan sebaik-baiknya, dan Habib Ali membuktikannya melalui perjalanan hidupnya yang penuh dengan pengabdian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Perjalanan Menuntut Ilmu yang Tak Kenal Lelah
Kecintaan Habib Ali Al-Habsyi pada ilmu pengetahuan nggak perlu diragukan lagi, guys. Sejak belia, beliau sudah berguru kepada banyak ulama besar pada masanya, baik di Yaman maupun di tempat-tempat lain yang beliau singgahi dalam pengembaraan ilmunya. Di antara guru-guru beliau yang paling terkenal adalah Al-Habib Umar bin Muhammad Al-Haddad, Al-Habib Abdullah bin Husain Al-Haddad, dan Al-Allamah Al-Faqih Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau nggak pernah lelah untuk mencari ilmu, bahkan rela melakukan perjalanan jauh demi menimba ilmu dari para ahli di bidangnya. Pendidikan yang beliau tempuh sangatlah komprehensif, mencakup ilmu syariat, tarekat, dan hakikat. Beliau mendalami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang mendalam, serta mempelajari karya-karya para ulama terdahulu. Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang sangat tekun dalam mengkaji kitab-kitab klasik dan menghafalkan berbagai matan penting. Kegigihannya dalam menuntut ilmu ini patut kita jadikan teladan. Bayangin aja, di zaman dulu yang transportasinya masih sulit, beliau rela berkorban demi mendapatkan ilmu. Ini menunjukkan betapa berharganya ilmu di mata Habib Ali. Semangat beliau dalam belajar nggak pernah padam, bahkan sampai usia senja. Beliau selalu membuka diri untuk menerima ilmu baru dan berdiskusi dengan para ulama lain. Dedikasi beliau dalam menuntut ilmu inilah yang kemudian menjadikan beliau sebagai salah satu ulama terkemuka di zamannya, dengan pemahaman agama yang luas dan mendalam, serta pribadi yang akhlaknya sangat mulia. Beliau nggak hanya pintar secara teori, tapi juga mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari, menjadi contoh nyata bagi umat.
Kehidupan di Indonesia dan Peranannya
Pada usia 25 tahun, Habib Ali Al-Habsyi hijrah ke Indonesia, tepatnya di Jakarta. Beliau kemudian menetap di daerah Kwitang, Jakarta Pusat, yang sampai sekarang dikenal sebagai pusat kegiatan keagamaan yang didirikan oleh beliau. Di sinilah beliau mulai membangun pusat dakwah dan pendidikan Islam yang sangat berpengaruh. Habib Ali Al-Habsyi nggak hanya dikenal sebagai ulama besar, tapi juga sebagai seorang muallim (guru) yang sabar dan bijaksana. Beliau mendirikan majelis taklim yang dihadiri oleh ribuan umat dari berbagai kalangan. Di majelisnya, beliau mengajarkan Al-Qur'an, Hadits, Fiqih, dan berbagai ilmu agama lainnya. Beliau juga dikenal sangat dekat dengan masyarakat, nggak membeda-bedakan suku, ras, maupun status sosial. Ceramahnya yang lugas, penuh hikmah, dan menyentuh hati membuat ajaran Islam mudah dipahami dan diterima oleh semua orang. Semangat dakwahnya nggak pernah padam, bahkan beliau sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia untuk menyebarkan ajaran Islam. Beliau juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, membantu fakir miskin, anak yatim, dan siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Keberadaan beliau di Indonesia memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan Islam di tanah air. Beliau bukan hanya menyebarkan ilmu, tapi juga menanamkan nilai-nilai toleransi, persatuan, dan kasih sayang. Melalui majelis taklim dan pengajian yang beliau adakan, banyak masyarakat yang tercerahkan dan semakin mendalami ajaran agama Islam. Jasa-jasanya dalam membentuk karakter umat dan memperkuat sendi-sendi keislaman di Indonesia sungguh tak ternilai. Beliau adalah sosok ulama yang tawadhu', berwibawa, dan sangat dicintai oleh umatnya. Warisan ilmu dan ajarannya terus hidup dan diamalkan hingga kini, menjadi pelita bagi generasi penerus.
Karya-Karya Monumental: Maulid Simtudduror
Salah satu warisan terbesar dari Habib Ali Al-Habsyi yang sampai hari ini terus kita baca dan amalkan adalah Maulid Simtudduror. Kitab ini merupakan kumpulan syair dan pujian yang indah untuk Rasulullah SAW, yang disusun dengan penuh cinta dan penghayatan. Maulid Simtudduror bukan sekadar bacaan peringatan maulid biasa, guys. Di dalamnya terkandung makna spiritual yang mendalam, kisah-kisah teladan Rasulullah, serta ajaran-ajaran Islam yang sarat hikmah. Beliau menyusun kitab ini dengan bahasa Arab yang indah dan penuh makna, namun tetap mudah dipahami oleh kaum awam. Susunan bacaannya pun sangat sistematis, diawali dengan pembukaan, pujian kepada Allah SWT, shalawat, kisah kelahiran Rasulullah, perjalanan hidup beliau, hingga penjelasan mengenai sifat-sifat terpuji dan akhlak mulia beliau. Pembacaan Maulid Simtudduror ini seringkali dilakukan dalam berbagai acara keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, tahlilan, atau majelis shalawat lainnya. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita akan kebesaran Rasulullah SAW, meneladani akhlak beliau, serta meningkatkan kecintaan kita kepada beliau. Selain Maulid Simtudduror, Habib Ali Al-Habsyi juga memiliki karya-karya lain yang tak kalah penting, meskipun mungkin tidak sepopuler Maulid Simtudduror. Namun, karya-karyanya secara umum mencerminkan kedalaman ilmu, keluasan wawasan, dan keagungan akhlak beliau. Kitab ini menjadi bukti nyata kecerdasan, ketekunan, dan kecintaan beliau kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW. Hingga kini, Maulid Simtudduror terus dibaca dan dikaji, menjadi sumber inspirasi dan keberkahan bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia. Keberadaannya adalah anugerah besar yang patut kita syukuri.
Akhir Kehidupan dan Warisan Abadi
Habib Ali Al-Habsyi wafat pada hari Kamis, 25 Rabiul Awal 1352 H (sekitar tahun 1933 M) di usia yang tidak muda lagi, sekitar 93 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga di daerah Kwitang, Jakarta Pusat, bersebelahan dengan masjid dan majelis yang beliau dirikan. Meskipun jasad beliau telah tiada, namun semangat, ilmu, dan ajaran beliau terus hidup dan memberikan manfaat bagi umat Islam. Warisan terbesarnya adalah Maulid Simtudduror yang terus dibaca oleh jutaan kaum Muslimin di seluruh dunia, menjadi pengingat akan kebesaran Rasulullah SAW dan sumber shalawat yang tak terhingga. Selain itu, jejak dakwah beliau di Kwitang, Jakarta, terus dilanjutkan oleh para penerus yang menjaga amanah ilmu dan perjuangan beliau. Masjid dan majelis taklim yang beliau dirikan menjadi pusat kegiatan keagamaan yang terus berkembang dan melahirkan banyak ulama serta tokoh agama. Beliau telah menanamkan benih-benih kebaikan yang terus tumbuh dan berbuah manis. Kehidupan beliau adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama dapat memberikan kontribusi luar biasa bagi masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, spiritualitas, maupun sosial. Ketawadhu'an, keikhlasan, dan kecintaan beliau kepada Rasulullah SAW menjadi inspirasi abadi bagi kita semua. Umat Islam Indonesia, khususnya di Jakarta, patut berbangga memiliki ulama besar seperti Habib Ali Al-Habsyi. Beliau bukan hanya seorang pengarang kitab, tetapi juga seorang pendidik, pembimbing spiritual, dan teladan sejati. Pengaruhnya terasa hingga kini dan akan terus terasa di masa mendatang, insya Allah.
Semoga dengan mengenal biografi Habib Ali Al-Habsyi, kita semakin termotivasi untuk terus belajar, beribadah, dan meneladani akhlak Rasulullah SAW. Aamiin ya Rabbal 'alamin.